Sunday, May 17, 2009
Untuk Sang Matahari
Percakapan
dengan seorang sahabat hari ini, membawa angin lain dalam hariku. Ia,
tiba-tiba jadi sosok melankolis. Percakapan lewat YM! hari ini membuat
nuansa lain. Jika dalam percakapan lalu, kami kerap bercengkerama
tentang visi media, konsep ideal media, impian masa depan, bahkan soal
peradaban. Tetapi tidak berlaku hari ini. Sosok itu mengaku jika saat
bercakap denganku ia menangis. Lalu ia memintaku untuk membaca posting
terbarunya. Tentang ingatan akan satu cahaya.
Ia
mengingat satu cahaya. Masa lampaunya. Pelan, kukatakan, itu tak perlu
dirisaukannya. Itu hal manusiawi. Melankolis yang muncul itu pertanda
bahwa kita masih punya hati.
Halah… ^_^
Kuhela
nafas panjang. Rasa pilu pelan merasukiku. Angan panjang membawaku ke
situasi masa lalu. Bertahun, berbulan dan berminggu lalu. Saat ada
matahari. Ia yang kini ada di satu masa dan satu tempat. Ia sumur
ilhamku yang tak pernah surut. Menyebut namanya, mampu menghadirkan
energi dahsyat hingga membawaku dalam nuansa kreativitas nyaris tanpa
batas. Kantuk pun terkalahkan. Kelelahan sirna entah kemana.
Ah sudahlah… semuanya memang harus diakhiri. Sekarang. Harus ada komitmen untuk buka halaman baru.
Ada
matahari lain yang bersinar di ujung
sana
.
Untuk menuju dekapan matahari itu, aku harus menanggalkan semua kisah
lama. Sekarang. Bukan nanti. Bukan diserahkan pada sang waktu.
Terima kasih buatmu…. Kita kan
jaga persahabatan yang telah ada dan demikian indah. Tapi tak berarti
telah usai masa untuk saling tegur saat bertemu. Karena untuk itu
seorang sahabat kan tetap ada sampai kapanpun…
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
.,.,.,.,.
Loading...
No comments:
Post a Comment