Kutatap wajahmu puspaku
berpautan kita dalam rengkuhan tanya
tentang rindu yang mengharu
Dan tetes air mata keibuanmu tlah jatuh
Dada ini berdetak kencang
tak kuasa diterjang pesonamu itu
air matamu itu membuatku tak kuasa menjauh darimu
Lalu tanganmu dan tanganku berpautan
sejuta rasa mengalir lewat jemari
dan kau bertanya:
kapan deru ini berlalu
Rambutmu tergerai dipukul angin senja
mengalunkan serpih-serpih kerinduan
menyentuh kedamaian nuraniku
Kita berjalan menyusuri pantai pasir putih
sambil sesekali kita beradu pandang
katamu: pasir ini seputih hasrat cinta kita
Kukatakan tentang stagnasi cinta itu
jawabmu sungguh membedah sukmaku
aku tetap bagian jiwamu
Selendang kasih telah mengikat cinta kita
menyatukan gelap terangnya perbedaan\
hingga nuraga cinta kita begitu dalam
Setiba di penghujung pantai
kuminta pengertian darimu
relakan aku pergi menjangkau angsa putih cinta kita
segenap asa dan rasa kita
Bila nanti telah kurengkuh
aku kembali ke dalam nilakandi cinta kita
kita minta camar itu menyanyi
untukmu . . . untukku, untuk kita berdua
Perpisahan ini memang melahirkan jalinan sendu dan rindu
tapi pantai ini, semilir angin dan desah ombak
adalah teman di kesendirianmu
Dan kala malam berpurnama
kau, pandanglah wajahku
di sana ada kerinduanku jua
Akhirnya, di sini di pantai ini
kita jumpa dan menyatu lagi
di pantai Tanjung Tinggi kala senja
Kerinduanku . . .
kerinduanmu . . .
kau . . . aku . . .
lepaslah dalam dekapan-Nya
No comments:
Post a Comment