Sunday, April 12, 2009

Aku Kamu Dan Dia....

Ya…aku sadar diriku memang tidak yang seperti engkau inginkan. Tapi ketahauilah bahwa aku juga masih punya perasaan. Aku juga sama dengan lelaki lainnya, ingin di hargai, ingin di sayang walau aku aku terkadang belum bisa mencurahkan kasih sayang, atau karena rasa sayang yang aku berikan tidak kau rasakan dengan tulus?
Dalam diri manusia ternyata tersimpan dua kekuatan besar! Kekuatan itu berupa pikiran positive dan pikiran negative. Pikiran positive adalah kekuatan yang mengarahkan kita kepada hal-hal positive, kita akan berprasangka baik, berbuat baik dan menjadi lebih baik lagi. Sementara pikiran negative akan mengarahkan kita kepada tindakan-tindakan negative, berpikiran negative, perilaku negative dan tentunya menjadi negative. Sebenarnya kita bisa menentukan pikiran mana yang akan menjadi kekuatan terkuat dalam otak kita!
Dan…
Sejak aku membaca sebuah cerita dalam novel kehidupan manusia , pikiran negative menjalar tanpa henti di otakku, terus merajuk, menusuk hingga ketulang sumsumku yang paling kecil.
“Sejak pertemuan kita yang pertama dulu, Aku sudah merasakan ada getar-getar yang tidak bisa mas sembunyikan…” (Ah itu rayuan gombal “menurutku)
“Aku ingin Kamu menjadi istri dan Ibu dari anak² Ku…..”
“Kita memang masih jauh untuk mengarah ke situ , tapi apa salahnya bila mencoba.
“Mungkin Allah telah memberikan jawaban atas doa-doa KU selama ini dengan mengirimkan kamu….
Sederet penantian itu membuat jiwaku berontak! Dan berjuta rayuan yang tak pernah kau anggap ada. Aku tidak lagi dianggap dan aku dianggap tidak tidak ada! Dan aku bersabar, berusaha mengerti semua keadaan yang terkadi. Muntab –Kata orang jawa-. Aku benar-benar tidak bisa menerima. Pikiran negative benar-benar merasuk. Tidak! Tidak! Tidak! Aku tidak bisa mengubah paradigma negative itu untuk menjadi positif sedikitpun. Belum lagi pikiranku tentang pekerjaan dan keluarga ku, membuat aku menjadi begitu limbung! Dan aku melupakan semua, karena aku tidak ingin di kuasi pikiran negative itu. Kuhapus pelan-pelan, detik demi detik, menit demi menit dan pudar sudah pikiran itu sebelum seminggu. Ok. Mungkin dia adalah pria normal sepertiku, walau seharusnya, sebagai seorang Dosen cara pandang dan pemikirannya akan jauh berbeda dengan Pecundang sepertiku. Ok! Ok! Hapus! Hapus! Hapus! Pikiran negative itu aku hapus.
Hari minggu, pikiranku gelisah! Aku tau kamu sekarang sedang berbincang dengannya , di tlpn atau di dunia maya seperti apa yang sering kita saat pertama kali aku kenal dirimu. Aku tau dia membuat kamu tersenyum! Anjing! Aku di sini menunggu dengan gelisah !!
Darahku mendidih! Perih! Mengalir kesegala penjuru nadi-nadi ini. Seperti motor tua merintih menahan panas yang menjalar hingga ke ubun-ubunku juga. Aku diam, penantianku berjam-jam dalam kecemasan itu kamu dengan senyum manismu di balik wajah cantik mu.
Aku diam tidak bicara!

Kalin bicara apa saja ? Kalian ngapain aja? Rayuannya pastilah mampu meluluhkan hatimu.
Berhari hari aku tidak menyapamu! Tidak brbicara denganmu! Aku kecewa setengah matai bahkan kcewaku sudah pada level 97 3 point lagi game over. Beberapa hari kemudian, aku berusaha membuang semua itu, karena aku sayang sama kamu.
Tapi kamu berubah! Sifatmu, perilakumu, dan cara bicaramu ke aku semua berubah! Kasih sayangmu, senyummu! Semua berubah. Sayang aku tau itu. Hampir setiap saat kamu sms-an sama dia. Aku tau. Aku diam bukan berarti aku buta. Aku tau. Hingga pada satu titik aku mengirim pesan; “tidak ada respon, karena kamu sedang berdua denganya? Tumben kamu bersama Ku terus beberapa hari ini? Ada apa?
Tidak ada yang aneh! Aku menjadi labil dan sering kali hanya mampu menatapmu dengan pandangan kosong. Aku semakin kecewa. Kubuka ponsel kecil milikku, aku membaca semua sms yang ada.
Hahahhahaha….Jika cinta sudah tidak bisa di bina! Sabaiknya di-binasakan saja! Kenapa kamu repot-repot harus berdusta? Dan menjadikan aku sebagai pria yang tolol seperti itu?
Tadi malam…
AKu diam, memandangmu dengan senyum kecut. Dan hatiku berkata, maaf ya sayang aku tidak punya uang saat ini. Aku tulus mengatakan itu, tapi dalam hati.
Lagi-lagi aku hanya menunduk lesu, aku belum bisa membelikan itu sayang, kamu sabar ya. Aku tidak menyesal dan tidak pernah menyesal kenapa aku harus terlahir miskin! Allah Maha Adil. Selalu ada hikmah di balik sebuah kisah kehidupan.
Jika engkau ingin aku mencintaimu, cintailah aku! Jika kamu ingin aku menyayangimu sayangilah aku! Jika engkau menyakitiku maka aku akan mati bersama kasih sayang dan cinta ku…

Catatan: Cerpen ini hanyalah kisah fiktif belaka, jika ada nama, tempat dan kejadian yang kebetulan sama itu hanya sebuah kebetulan belaka.


1 comment:

.,.,.,.,.

Loading...