Thursday, February 26, 2009

Kini Aku Mati Karena Cinta

Biarkan waktu mendewasakan kita,biarkan cinta bersemi dari sudut perbedaan,karena kita dengan yakin datang dari warna berlainan.Suatu ketika ziwaku bicara sangat pelan, dan jika banyak percekcokan antara
kita,adalah kedewasan tetap harus diposisikan
paling depan,setidaknya ada harapan untuk dapat memperbaiki,kaca telah retak terbang bersama perbedaan menukik membuat garis antara kesucian dan tulusnya cinta yang Aku ucapkan...
Kerapuhan telah membuktikan bahwa semua cinta
mengambang seperti tenggorokan seekor katak berkhayal untuk menggelembungkan perutnya
sebesar kerbau,tentu kenyataannya semua akan
tertawa … menjauhkan kepala dari
pergumulan kedewasaan,mencoret warna dengan kuas hampir tak pernah ada bedanya
Kini mungkin kita sama-sama untuk
mendinginkan kepala,setelah kapas terbang tak
berkerangka,setelah hari banyak
membaca tentang nurani setelah sekian lama kerinduan
Mengakhiri malam dengan tanpa bintang-bintang,hanya gemercik kegelapan seperti biasa menjadi teman paling
akrab dengan baju yang lusuh diterpa dinginnya angin malam,membuat
banyak serapah adakah sebuah warna terlena
dengan molek wajah penuh kesempuranaan.
Telah lama semua lagu itu kudendangkan,setidaknya harapan untuk merapihkan suasana akan mengalir seperti buih dimakan warna birunya langit.

Namun adalah kegelisan menunggu ketidak pastian,mengambang membuat ribuan pertanyaan
“ Kini Cinta tinggal ribuan tangisan … !? “
Nyatanya aku kini terkapar mati karena cinta.
“ Tuhan seandainya ibuku disebelah kepalaku,tentu ia akan menangisiku yang dalam keadaan khina begini,jika saja ayahku ada disini tentu ia akan menolongku,memandikanku serta mengkafaniku dan jika saja sahabat karibku ada disini tentu ia akan menangisi kepergianku yang untuk selama-lamanya ... !!? “.
Semoga kau bisa menterjemahkan perasaanku selama ini,karena keyakinan telah menumbuhkan kepastian.Jiwamu adalah
kerasnya batu karang, tapi kiranya air bah mungkin akan mampu membuatmu melemaskan diri dengan banyak pengertian.
Tetapi adalah duka memburakan, “ Aku seoarang lelaki merasa sangat malu,mengemis banyak keinginan,sedangkan kau terus menginjak mata duka dengan bibir hampir mengatup penuh rasa muak.
“ Biarkan dukaku melayang keketinggian langit menghitam,biarkan keinginanku terkubur bersama langkah kaki yang makin jauh dari rasa duka dan kasihan dan biarkan tangisku mengalir membasahi ujung jubah yang kukenakan hampir tak pernah
kulepas hingga tangisku sendiri berhenti dikelokan ... !!? “
Adalah jiwa-jiwa malam mengingatkan ku akan peristiwa itu.Empat puluh pekan lalu ... artinya ratusan hari rasa sepi itu,harusnya aku hayati apa yang ada dihari ini adalah sebuah pilihan .
Kegagalan itu ... kemuakan itu ... menjadi tembang yang sangat menggigil bila didendangkan,mengalunkan warna percuma ditelinga manusia dan menjadi kerinduan yang sangat menjijikan.Apa yang kau karang tentang duka menjadi irisan dalam mata hati. sungguh sangat membuat jiwaku bergetar,membuat rintihan seorang musyapir yang berjalan digurun pasir bebatuan tanpa air dan rasa untuk berteduh disana,lalu dikejauhan terlihat kilauan mata air berlebihan dihampirinya dan ternyata hanya fatamorgana menari penuh kekeriangan.
Kini jiwaku orang terbuang ,jauh dari pengabaian diri sendiri,menikung dengan jubah yang kukenakan hampir seumur hidupku.

No comments:

.,.,.,.,.

Loading...