Friday, January 16, 2009

--=ADELWEIS UNTUK DINDA=--

Apakah malam itu embun turun bersama senyummu yang dingin
Bulan hitam diatas kabut itu adalah cerminku yang pilu
Malam dan bintang senja yang pijar adalah raut wajah kusam

Jejak kaki itu selalu saja pedih, Seiring layunya bunga batu
Bukankah kita belum saling melihat saat matahari terbit
Tapi aku tau…
Itu adalah kamu yang lelap didekap angin dingin
Bunga batu pagi itu terjemur mentari
Terbatas kabut sejuk yang dingin menusuk jiwa luka
Menguak jerit perih yang rindu adinda
Mungkinkah pada saat dini…
Dan malam semakin dingin, kau kaitkan kakimu diantara tali-tali hati
Kekangan jiwa lama menguap bersama harumnya aroma dari keringatmu yang kan mengucur empat tahun lagi…

Secawan anggur merah yang kuteguk malam ini belum juga membakwu terbang bersamamu
Saat jiwa-jiwa berontak mencari setetes cinta yang bening

Malam…
Biarkan jiwaku melayang jauh mencari adindaku yang lama tak sua
Ini bukan tentang rindu
Bukan pula tentang cinta lama yang terkenang
Ini adalah tentang suatu janji disuatu sore
Dimana senyummu seindah kulit putihmu
Tersentuh jemari lembut yang hanya bisa kubayangkan dalam mimpi

Oh…
Dinda yang menyelinap dalam resah
Datanglah dalam hatiku
Jadilah ratu dalam jiwaku yang luka
Jadilah pengobat dahaga yang takpernah hilang bersama cintamu
Yang mulai kau tabur walau semu dan bahkan samar tanpa bekas
Namun aku tau, ada kabut yang akan membuatku merasa dingin
Dan aku butuh belaianmu pada dirimu

Bualan jiwa luka tentang seorang teman yang pembual
Berkata merah adalah biru

Pada saatnya nanti, kamu akan datang padaku…
Tapi aku tetap diam dengan secangkir racun yang siap kuteguk bila malam tiba…

Jangan kau tutup pintu itu…
Biarkan aroma anggur bersatu dengan pekatnya kabut yang sejuk

Puncak lawu…
Bunga edelweiss
Kabut pagi
Dinginnya malam
Dan sebait puisi kocak
Hanya untukmu…
Bidadari dari bulan yang jatuh tapi bukan dipangkuanku

Kau curi segala pandanganku dengan lenggang indah dan gerai rambut sebahumu
Senyum wanita asing yang muntah darah dipagi hari
Mencari obat rindu padaku…

Dinda…
Teriaklah padaku saat malam benar-benar datang
Dinda…
Aku akan datang padamu dengan membawa seikat mawar
Walau berduri, aromanya sangat harum
Seharum air matamu yang menetes diantara detak jantungku yang tak menentu

Dinda…
Kan kubawakan edelweis sebagai tanda kasih yang lama tersimpan
Kan kuceritakan indahnya dunia malam saat teguk demi teguk jiwa ini mengembara

Lemparkan saja senyummu dari atas bukit itu
Aku akan datang dan berlari menjemputnya kala pagi tiba…

Dinda…
Katakana pada teman mimpimu
Aku dalam milikmu…
Aku dalam kabutmu
Aku dalam rintihanmu
Aku dalam desah lama yang kau ucapkan
Aku selalu menanti mimpiku walau pahit

Dinda…
Katakan itu adalah benar saat malam tiba
Katakan itu adalah benar saat kita terbuai dalam mimpi

No comments:

.,.,.,.,.

Loading...